Sejarah Singkat Perkembangan Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Periode 1959-1970
Jurusan Teknik Geologi FMIPA Unpad (yang pada saat itu FIPPA) diresmikan pada awal tahun akademik 1959/1960 oleh Dekan FIPPA Unpad, Mayjen. Purn. Prof. Dr. R. Moestopo (alm.). Namun perkuliahan dalam ilmu geologi untuk 13 orang mahasiswa pertama baru dimulai pada awal tahun 1960, berkat usaha Prof. Dr. Sartono.
Pada awal pendiriannya, belum ada satupun contoh batuan, apalagi peralatan laboratorium. Namun dalam keadaan yang demikian sederhana, perlu dicatat hasrat mulia Almarhum Dr. Moh. Koesmono yang pada tahun 1963, melalui surat Presiden Unpad tertanggal 7 Februari 1963, nomor : 280/A/12/1963, yang merencanakan merubah status Jurusan Geologi FIPPA Unpad menjadi Fakultas Geologi Unpad.
Awalnya Bagian Geologi Unpad terdiri dari dua jurusan, yaitu Jurusan Petrologi dan Mineralogi, serta Jurusan Stratigrafi dan Paleontologi. Kemudian pada perkembangan selanjutnya berubah menjadi Jurusan Geologi Eksplorasi dan Jurusan Geologi Teknik.
Pada masa tersebut, Jurusan Geologi Unpad menerima mahasiswa-mahasiswa Program Tugas Belajar dari Alumni AGP (Akademi Geologi Pertambangan) dalam melanjutkan Program S-1, sesuai dengan Piagam Kerjasama. Dan pada masa pelaksanaan Program Tugas Belajar, mahasiswa Tugas Belajar dari alumni AGP menempuh studi selama 7 semester.
Periode 1970-1990
Pada tahun 1970, Bagian Geologi diubah menjadi Jurusan Geologi. Dalam bidang akademis pada tahun 70-an terdapat perbedaan dengan masa sekarang. Pada masa tersebut tidak memakai Sistem Kredit Semester tetapi dibagi dalam tingkat, antara lain : Tingkat I (Tingkat Persiapan), Tingkat II & III (Tingkat Sarjana Muda) dan Tingkat IV dan V (Tingkat Sarjana). Pada tiap tingkat diberikan Ijazah; Tingkat Persiapan dan Sarjana Muda dari Fakultas, Tingkat Sarjana dari Universitas.
Dalam ijazah pun berbeda. Pada masa tahun 70-an tersebut sebagai lulusan sarjana pada ijazah disebutkan berhak menempuh gelar doktor dengan mempertahankan desertasi. Walaupun demikian, setelah stratifikasi kesarjanaan, tetap saja dianggap sebagai S-1, walaupun sebetulnya mungkin lebih dari S-1 tapi kurang dari S-2. Sebelum lulus tingkat, mahasiwa tidak diperbolehkan untuk mengikuti tingkat selanjutnya, sehingga banyak mahasiswa menumpuk di suatu tingkat karena harus menunggu lulus semua pelajaran dahulu. Kadang ada orang yang setahun mengulang hanya satu pelajaran, dan karena banyak waktu longgar maka banyak juga mahasiswa yang mulai mencari kegiatan lain (misalnya bekerja) dan akibatnya banyak mahasiswa yang sangat lama menyelesaikan studinya (tidak ada batas waktu untuk studi, selama masih melakukan registrasi ulang), bahkan banyak yang tidak kembali ke kampus karena malas menunggu lama.
Nilai yang diberikan berupa nilai absolut (angka mulai dari 0 sampai 9, tidak pernah ada yang dapat sepuluh), kadang dalam ujian (misalnya pelajaran Petrologi Batuan Beku) yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai angkatan (mungkin 7-10 angkatan) hanya lulus 2-3 orang dengan nilai tertinggi 6.5 (enam koma lima). Sehingga susah sekali untuk cepat lulus.
Pada masa tahun 70-an, dalam ijazah tidak disebutkan gelar apa yang diberikan, hanya disebut sebagai Sarjana saja. Karena berada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dimana jurusan lain memakai gelar Drs., maka umumnya lulusan Geologi dulu memakai gelar Drs. Untuk beberapa tahun para lulusan memakai gelar tersebut sampai kira-kira pada akhir tahun 70-an atau awal tahun 80-an ada suatu masalah dimana ada suatu institusi pemerintahan membedakan pangkat/golongan pegawai baru bagi sarjana (fresh graduate) yang memakai gelar Ir. dan Drs. Yang bergelar Drs. diberikan golongan yang lebih rendah. Maka sejak akhir tahun 80-an secara tidak resmi (karena tidak ada SK dari Universitas atau dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu) untuk beberapa tahun masalah gelar ini menggantung, sampai pemerintah mengeluarkan aturan mengenai stratifikasi pendidikan tinggi, dimana Ir. dan Drs. masuk dalam S-1. Dan permasalahan goes away with time, bagi lulusan yang bekerja di sektor swasta (oil, gas & mining) tidak mengalami masalah dengan gelar ini, karena pada umumnya lulusan lokal (Sarjana) disamakan dengan lulusan Luar Negeri (BSc), dan tidak memakai gelar dibelakang atau didepan namanya, melainkan secara umum memakai sebutan (bukan gelar), GEOLOGIST atau GEOSCIENTIST ataupun GEOPHYSICIST.
Sejak tahun akademik 1983/1984, sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, maka Jurusan Geologi FMIPA Unpad terdiri atas dua Program Studi, yaitu :
1. Program Studi Geologi (PSG), dengan kode NPM : D1F…
2. Program Studi Teknik Geologi (PSTG), dengan kode NPM : D1H…
Dan pada tahun akademik 1989/1990, kedua Program Studi tersebut dipercaya untuk menerima mahasiswa masing-masing program melalui Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Dimana Program Studi Geologi (PSG) kurikulumnya diarahkan kepada geologi sumberdaya mineral dan energi, sedangkan Program Studi Teknik Geologi (PSTG) kurikulumnya diarahkan kepada teknik geologi lingkungan dan sumberdaya lahan (pengembangan wilayah). Dan kedua Program Studi tersebut menghasilkan Sarjana S-1 Teknik Geologi dengan titel Insinyur (Ir.) yang kemudian sejak tahun 1989 gelar kesarjanaan untuk S-1 menjadi Sarjana Tenik (ST).
Sampai dengan tahun 1989, jumlah tenaga edukatif tetap adalah 27 orang dan 8 orang tenaga edukatif luar biasa. Dari jumlah tenaga tetap tersebut, 40% telah lulus Akta Mengajar V, 10% lulus Program S3, 10% telah lulus program S2, dan sebanyak 25% sedang mengikuti Program S3 baik di dalam maupun di luar negeri.
Periode 1990 hingga kini
Dan mulai tahun akademik 1995/1996, kedua Program Studi pada Jurusan Teknik Geologi, yaitu Program Studi Geologi dan Program Studi Teknik Geologi dilebur menjadi satu Program Studi, yaitu Program Studi Teknik Geologi. Dan terjadi pula perubahan kurikulum yang diantaranya beberapa matakuliah yang dipelajari pada Program Studi Geologi tidak dipelajari lagi pada Program Studi Teknik Geologi. Sehingga mulai saat itu yang ada hanya Program Studi Teknik Geologi Jurusan Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, dengan kode NPM : D1H… sampai sekarang. Pada tahun akademik 1995/1996 juga mulai diberlakukannya pemilihan MKPP (Mata Kuliah Pilihan Penunjang) pada semester 7, yang saat itu terdapat sekitar 9 pilihan dan saat ini menjadi 8 pilihan yang terdiri dari beberapa matakuliah yang berupa satu paket, antara lain :
Paket MKPP untuk Kajian Analisis Cekungan (dengan bobot 8 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Geodinamik (dengan bobot 6 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Petrologi (dengan bobot 8 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Analisis Stratigrafi dan Paleontologi (dengan bobot 8 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Geologi Lingkungan (dengan bobot 8 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Geologi Teknik (dengan bobot 8 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Geohidrologi Lanjut (dengan bobot 8 SKS).
Paket MKPP untuk Kajian Penginderaan Jauh dan Geomorfologi (dengan bobot 6 SKS).
Beban SKS pada Jurusan Teknik Geologi Unpad saat ini adalah 145-147 SKS, yang terdiri dari 76-78 SKS bobot matakuliah pada semester ganjil dan 69 SKS bobot matakuliah pada semester genap. Pada Jurusan Teknik Geologi Unpad terdapat beberapa matakuliah yang tidak di kolokiumkan tetapi arahannya dibawah bimbingan dosen pembimbing, antara lain :
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN), dengan bobot 3 SKS.
2. Kerja Praktek, dengan bobot 2 SKS.
Dan terdapat pula beberapa matakuliah yang harus di kolokiumkan dan arahannya dibawah bimbingan dosen pembimbing, antara lain :
1. Kerja Lapangan (Pemetaan Geologi Pendahuluan, dengan luas 5 km x 5 km), dengan bobot 3 SKS.
2. Skripsi (Pemetaan Geologi Lanjut, dengan luas 10 km x 10 km dan kajian/studi khusus suatu aspek geologi), dengan bobot 8 SKS.
Matakuliah Skripsi terdiri atas dua macam penelitian, yaitu Pemetaan Geologi Lanjut dan Kajian/studi khusus suatu aspek geologi tertentu; masing-masing berbobot 4 SKS. Keduanya dapat dilaksanakan pada daerah yang sama atau berbeda. Jika dilaksanakan pada daerah yang sama, maka laporan penelitiannya ditulis dalam satu buku; tetapi jika pada daerah yang berbeda, maka laporannya ditulis dalam dua buku. Kajian/studi khusus tertentu hendaknya merupakan pengembangan studi yang menyangkut kelompok MKPP yang dipilih.
Sementara pada Program Ekstensi, kurikulumnya terbagi menurut latar belakang D-3 Geologi, D-3 Ilmu Kebumian, D-3 Geofisika, D-3 Non Ilmu Kebumian, dan SMU Plus 2 Tahun (berlaku sama dengan kurikulum mahasiswa Geologi Reguler).
Kurikulum Pendidikan di Jurusan Teknik Geologi Unpad disusun sedemikian rupa, agar dalam waktu sesingkat mungkin mahasiswa dapat menyelesaikan program studinya dengan cepat, dan para lulusannya diharapkan siap dalam menghadapi persaingan di era globalisasi.
Batas studi di Jurusan Teknik Geologi Unpad sampai saat ini adalah, untuk mahasiswa Geologi Reguler sampai 14 semester, mahasiswa Geologi Ekstensi selama 8 semester. Sampai saat ini, Jurusan Teknik Geologi Unpad memiliki 10 laboratorium, yaitu:
Laboratorium Petrologi dan Mineralogi
Laboratorium Stratigrafi
Laboratorium Paleontologi
Laboratorium Sedimentologi dan Geologi Kuarter
Laboratorium Geologi Teknik
Laboratorium Lingkungan dan Perencanaan Wilayah
Laboratorium Geokimia dan Geothermal
Laboratorium Geofisika
Laboratorium Geodinamik
Laboratorium Geomorfologi dan Penginderaan Jauh
Yang sejak tahun 90-an sampai dengan saat ini, laboratorium-laboratorium tersebut menempati Gedung D-4 Jurusan Geologi FMIPA Unpad di Jatinangor. Namun sebelumnya, pada tahun 1986 sampai sebelum menempati Gedung D-4, laboratorium-laboratorium tersebut menempati lantai 1 Gedung Fakultas Peternakan di Jatinangor.
Penelitian yang pernah dilakukan di Jurusan Teknik Geologi adalah berupa penelitian kolektif atau terpadu dan penelitian mandiri oleh masing-masing Dosen. Kegiatan Jurusan Geologi Unpad dan Himpunan Mahasiswa Geologi Unpad satu sama lain saling mendukung.
Sampai saat ini Gedung Jurusan Teknik Geologi Unpad, bertempat di Gedung D-4 Jurusan Teknik Geologi FMIPA Unpad, di Kampus Unpad Jatinangor. Dan gedung Program Ekstensi Teknik Geologi bertempat di Gedung Program D-3 dan Program Ekstensi FMIPA Unpad, di Jalan Ir. H. Juanda No. 4 (Dago 4) Bandung. Hanya untuk Mata Kuliah Dasar Umum dilakukan di Gedung PTBS (Program Terpadu Basic Sains) dan Praktikum Kimia Dasar di Laboratorium Kimia Dasar serta Praktikum Fisika Dasar dilakukan di Laboratorium Fisika Dasar, Kampus Unpad Jatinangor.
Organisasi di Jurusan Teknik Geologi Unpad sesuai dengan PP5 1980 terdiri dari Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Kelompok Tenaga Pengajar, dan Kepala-Kepala Laboratorium. Sampai saat ini Jurusan Teknik Geologi terdapat masing-masing 1 orang Ketua dan Sekretaris Jurusan, Tenaga Pengajar yang meliputi 48 orang dosen tetap dan 30 orang dosen tidak tetap. Serta 10 orang Kepala Laboratorium.
Jumlah mahasiswa saat ini tercatat sekitar 415 mahasiswa, dengan jumlah alumni sejak tahun 1967-2003 adalah sekitar 1400 alumnus. Dimana dari angka statistika sampai tahun 1989 saja, tercatat sebanyak 40% bekerja di lingkungan Departemen Pertambangan, 15% di sektor Migas baik perusahaan milik negara, swasta dalam negeri maupun swasta asing, 10% di Perguruan Tinggi Negeri ataupun Perguruan Tinggi Swasta dan Lembaga Riset serta 30% di bidang jasa konsultan swasta.
Rasio dosen-mahasiswa di Jurusan Teknik Geologi Unpad adalah 1:12 dari angka statistika sampai tahun 2003. Sebagai perbandingan, rasio dosen-mahasiswa di FMIPA Unpad adalah 1:10 dari angka statistika sampai tahun 2003.
Kontribusi yang telah diterima Jurusan Teknik Geologi sampai saat ini antara lain :
1. Pertamina/BKKA, dan Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral.
2. Buku-buku dari Prof. Dr. Tobi, Ir. David Sudrajat dan Ir. Eddy Soedigdjo.
3. Lemari buku dari Alumni.
4. Workstation dan Software Ultra 10 dari BP Migas.
5. Buku-buku dari BP Indonesia.
6. Dan lain-lain.
Selama perkembangannya, Jurusan Teknik Geologi Unpad mendapat bantuan kerjasama dengan pihak-pihak luar, diantaranya dari :
1. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral.
2. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
3. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum.
4. Perum Tambang Timah.
5. Pertamina.
6. Lemigas.
7. Perusahaan Swasta Asing.
8. Departemen Pekerjaan Umum.
9. Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat.
10. Dan lain-lain.
PIMPINAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
1959 Ketua Prof. Dr. S. Sartono
1959-1964 Ketua Dr. Moh. Koesmono *
1964-1966 Ketua Prof. Drs. G. A. De Nave
1966-1970 Ketua Dr. Moh. Koesmono *
1968-1970 Ketua Dr. Ir. Sumirat S, MSc. ** / Sekretaris Dr. Lesmana Polo
1970-1972 Ketua Drs. Komar A.S. Astadiredja * / Sekretaris Drs. Parwoto P *
1972-1974 Ketua Drs. Parwoto P * / Sekretaris Drs. Tjarda Sape’i *
1974-1979 Ketua Drs. Oman Rochman * / Sekretaris Drs. A. H. Suganda *
1979-1986 Ketua Drs. A. H. Suganda * / Sekretaris Drs. Oman Rochman *
1986-1990 Ketua Drs. Syahroel Alam Alif * / Sekretaris Ir. A. Helman Hamdani, M.Si. & Ir. Nana Sulaksana, M.SP.
1990-1994 Ketua Drs. Syarifin / Sekretaris Ir. Nana Sulaksana, M.SP.
1994-1999 Ketua Ir. Nana Sulaksana, M.SP. / Sekretaris Ir. Johanes Hutabarat, M.Si.
1999-2003 Ketua Dr. Ir. Edy Sunardi, M.Sc. / Sekretaris Ir. Ismawan, DEA
2003-2007 Ketua Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA / Sekretaris Ir. Nurdrajat, MT.
2007-Sekarang Dekan Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc.
Keterangan:
* waktu itu masih Drs.
** Sebagai Pejabat Sementara, berhubung Ketua Jurusan ke luar negeri